Incidence of and Risk Factors for Neonatal Jaundice among Newborns in Southern Nepal. Scrafford CG, Mullany LC, Katz J, Khatry SK, LeClerq SC, Darmstadt GL, et al. The Relationship between Neonatal Jaundice and Maternal and Neonatal Factors. Clinical Practice Guideline: Management of Hyperbilirubinemia in the Newborn Infant ≥35 Weeks of Gestation. Efektivitas Fototerapi terhadap Penurunan Kadar Bilirubin Total pada Hiperbilirubinemia Neonatal di RSUP Sanglah.
Neonatology Management, Procedure, On-call Problems, Disease, and Drugs. Hyperbilirubinemia, Indirect (Unconjugated Hyperbilirubinemia). Hiperbilirubinemia pada Neonatus >35 Minggu di Indonesia: Pemeriksaan dan Tatalaksana Terkini. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Dalam: Pudjiaji AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED, et al, editor. Simpulan: Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya hiperbilirubinemia adalah usia gestasi dan ASI.ĭewanto NEF, Dewi R. Hasil analisis multivariat dimana faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya hiperbilirubinemia adalah usia gestasi (p=0,049, OR=4,686) dan ASI (p=0,000, OR=7,170). Pada analisis bivariat didapatkan hasil faktor risiko yang dapat dianalisis multivariat adalah faktor risiko usia gestasi (p=0,012, OR=4), metode persalinan (p=0,134, OR=0,4, berat badan lahir (p=0,189, OR=2), dan ASI (p=0,001, OR=5,25). Hasil: Dari jumlah bayi yang dirawat di ruang Perinatologi RSUD Wangaya yaitu sebesar 287 bayi, dilakukan matching jenis kelamin laki-laki dan perempuan sehingga didapatkan jumlah sampel laki-laki sebesar 58,1% dan perempuan 41,9% pada masing-masing kelompok kasus maupun kontrol. Data yang digunakan diambil dari rekam medis pasien yang dirawat di ruang perinatologi RSUD Wangaya pada periode 1 Agustus 2018−31 Desember 2018. Sebagai kelompok kasus adalah neonatus yang mengalami hiperbilirubinemia dan sebagai kelompok kontrol adalah neonatus yang tidak mengalami hiperbilirubinemia. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan kasus dan kontrol. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh usia gestasi, metode persalinan, berat badan lahir, usia ibu, ASI dan asfiksia neonatorum sebagai faktor resiko terjadinya hiperbilirubinemia pada neonatus. Sekitar 60-70% neonatus cukup bulan dan 80% neonatus kurang bulan mengalami ikterus dalam minggu pertama kehidupan.Sebagian besar hiperbilirubinemia adalah fisiologis dan tidak membutuhkan terapi khusus, tetapi karena potensi toksik dari bilirubin maka semua neonatus harus dipantau untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya hiperbilirubinemia berat.
Latar Belakang: Hiperbilirubinemia pada neonatus merupakan kondisi yang sering ditemukan.